![]() |
Ketua Komisi IV DPRD NTB Hamdan Kasim |
Mataram,
PolitikNTB.Com-Suasana Bumi Resto, Jumat (19/9), tampak ramai dengan dialog
publik yang digelar Lakpesdam NU NTB. Tema yang diangkat kali ini adalah
kolaborasi lintas sektor untuk “NTB Inklusif” dan “Desa Berdaya”.
Di hadapan para peserta, Ketua Komisi
IV DPRD NTB, Hamdan Kasim, menyampaikan dua kata kunci yang menurutnya harus
menjadi pegangan bersama, yakni kesejahteraan masyarakat desa dan kolaborasi lintas pihak.
“Bagaimanapun kita membahasnya panjang
lebar, kalau tidak ada kolaborasi yang baik antara pemerintah, DPRD, dan
masyarakat sipil, program ini sulit terwujud,” ujarnya, menekankan bahwa Desa
Berdaya dan NTB Inklusi bukan sekadar jargon, melainkan kerja kolektif.
Hamdan
lalu memaparkan fakta yang cukup mencengangkan. Dari 442 desa di NTB, ada 106
desa yang masih berstatus miskin ekstrem, sementara 336 lainnya masuk kategori
miskin absolut. Angka ini, kata Hamdan, harus menjadi pengingat bahwa
pengentasan kemiskinan bukan hanya soal bantuan finansial, tetapi juga peningkatan
sumber daya manusia dan kemandirian desa.
“Program Desa Berdaya dan NTB Inklusi
diarahkan untuk seluruh desa itu. Upaya pengentasan kemiskinan harus dibarengi
peningkatan SDM dan kemandirian desa,” tegasnya.
Hamdan
juga memastikan bahwa program tersebut sudah masuk dalam Anggaran Perubahan
yang baru disahkan DPRD bersama Pemprov NTB.
“Program
ini sudah dianggarkan puluhan miliar rupiah di APBD perubahan. Ini merupakan
konsen Gubernur dan DPRD,” jelasnya.
Namun, di balik optimisme itu, ia
menyoroti satu hal krusial, yaitu data. Tanpa data yang transparan dan valid,
program sebesar apa pun akan mudah meleset dari sasaran.
“Lakpesdam NU NTB siap membantu
percepatan pengentasan kemiskinan, tetapi harus berbasis data, bukan asumsi.
Saya kira Bappeda punya data itu,” kata Hamdan, sambil menegaskan bahwa Bappeda
memegang kunci keberhasilan program ini.
Dialog
publik tersebut juga diisi dengan paparan dari Bappeda Provinsi NTB, Bappeda
Lombok Utara, DPRD Provinsi NTB, serta perwakilan pemerintah desa seperti Desa
Taman Ayu, Pemenang Barat, dan Santong. Hadir pula badan otonom serta lembaga
di lingkungan PWNU NTB dan jejaring Lakpesdam NU se-Pulau Lombok.
Hamdan menutup dengan harapan agar
semua pihak bergerak cepat. “Di bulan Oktober kita akan mulai pembahasan APBD
murni. Ruang fiskal akan lebih longgar. Semoga program ini bisa segera berjalan
efektif,” pungkasnya.
Di
ruang diskusi itu, jelas terasa bahwa kolaborasi dan data akurat bukan sekadar
formalitas, melainkan fondasi penting untuk mewujudkan visi NTB Sejahtera,
Maju, dan Mendunia.
0Komentar