TpdoGSGpGSriTfMlGpGlBSziTY==
Light Dark
Dari Kapur Tulis ke Panggung DPRD Lobar, Sahwan dan Mimpi Besar dari Pelosok Sekotong

Dari Kapur Tulis ke Panggung DPRD Lobar, Sahwan dan Mimpi Besar dari Pelosok Sekotong

Daftar Isi
×
Lombokbarat.PolitikNtb.com— Nama Sahwan, S.Pd mungkin baru terdengar di panggung politik Lombok Barat. Namun di Sekotong–Lembar, ia sudah lama dikenal sebagai guru yang tak sekadar mengajar, tetapi membentuk mimpi. Kini, ia duduk di kursi DPRD Lombok Barat dari Partai Demokrat, membawa visi membangun peradaban dari dusun, bukan dari pusat kekuasaan. 

Perjalanan Sahwan menuju politik tidak instan. Ia memulai kariernya sebagai staf desa di Buwun Mas dan Badan Permuswaratan Desa (BPD) Buwun Mas, Sekotong 2001. Setelah itu, ia menjadi guru honorer, kemudian honorer daerah, hingga akhirnya diangkat menjadi PNS guru pada tahun 2007. Karier yang ia bangun dari bawah ini menjadi bekal penting dalam memahami kebutuhan masyarakat, terutama di wilayah pesisir dan pelosok.Keputusan terjun ke politik diambilnya bukan demi ambisi pribadi. “Saya tidak ingin hanya mengajar perubahan, saya ingin menjadi bagian dari perubahan itu sendiri,” ujarnya. 

Langkah itu diawali dari keputusan mengejutkan, pensiun dini dari profesi guru yang telah ia jalani lebih dari 15 tahun. Bagi banyak orang, meninggalkan ruang kelas yang sudah akrab adalah keputusan gila. Namun bagi Sahwan, itu adalah panggilan tanggung jawab yang lebih luas. “Menjadi guru itu mulia, tapi ketika saya melihat anak-anak kembali ke kehidupan yang sama seperti orang tua mereka, saya sadar ada batas yang tidak bisa saya tembus hanya dengan mengajar,” tegasnya. Saat Pemilu 2024, ia memilih strategi yang jarang dipakai calon legislatif lain. Tidak ada baliho raksasa, melainkan mengetuk pintu rumah warga, menyampaikan gagasan, dan mendengar keluhan mereka. Pendekatan itu terbukti ampuh. Ia memenangkan hati pemilih di Sekotong dan Lembar, membuktikan bahwa gagasan masih memiliki tempat di arena politik. Jauh sebelum duduk di dewan, Sahwan telah mendirikan pesantren dengan metode Amsilati, cara cepat membaca kitab kuning berbasis tata bahasa Arab. Pesantren ini hadir di dusun yang nyaris tak tersentuh pembangunan, menjadi pusat pemberantasan buta huruf Al-Qur’an dan kitab kuning.“Membangun peradaban dimulai dari kepala dan hati manusia,” ucapnya. 

Di DPRD, Sahwan mendorong konsep pembangunan dari bawah ke atas, mengutamakan kebutuhan warga dusun daripada proyek 'top-down' yang sering kali tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Ia memperjuangkan program literasi desa, pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren, serta memperluas akses pendidikan tinggi di pesisir. Salah satu langkah nyatanya adalah membuka kampus 5 IAI Qomarul Huda Bagu di Sekotong agar generasi muda bisa kuliah tanpa harus jauh ke kota. Meski telah meraih gelar S2 dari UIN Mataram, Sahwan masih melanjutkan studi pascasarjana di IAI Qomarul Huda Bagu.“Kalau mau mengangkat martabat warga, kita harus menunjukkan bahwa belajar tidak pernah berhenti,” katanya. Ia sadar, satu periode di DPRD tidak akan cukup untuk mewujudkan semua cita-cita. Namun baginya, satu langkah kecil dengan niat besar lebih berarti daripada menunggu keajaiban. “Saya bukan siapa-siapa. Tapi saya ingin anak-anak dari dusun seperti saya bisa jadi siapa saja,” tutupnya.

0Komentar

Special Ads