![]() |
Fauzi Aries (Ist) |
Oleh: Fauzi Aries (Ketua Lakpesdam
NU Lobar)
Lombok Barat, PolitikNTB.Com-Di persimpangan antara arus
konsumsi massal dan ritme tradisi lokal, tumbuh sebuah kerinduan yang bukan
sekadar desa yang mandiri secara administratif atau ekonomi, tapi juga desa yang memiliki jiwa. Pemerintah provinsi NTB menaruh harapan besar pada program
"Desa Berdaya", sebuah upaya sistematis untuk menurunkan kemiskinan
ekstrem, memperkuat ketahanan pangan, dan mengembangkan pariwisata berkualitas
sebagai bagian dari visi pembangunan daerah.
Namun, program terbaik sekalipun
akan hidup atau mati oleh manusia yang menjalankannya. Infrastruktur, bantuan
modal, dan pendampingan teknis adalah alat. Yang memberi warna dan arah adalah
"kesadaran" yaitu yang berkaitan dengan kekuatan batin, kemandirian
berpikir, dan tanggung jawab moral setiap warga. Jika tujuan program ialah
membangun desa yang mampu berdiri sendiri, maka akar paling pertama yang harus
ditanam adalah individu-individu yang berdaya.
Kesadaran Baru Dari Konsumsi ke
Kemandirian
“Kesesadaran baru” yang dimaksud
bukan sebatas jargon. Ia adalah pergeseran cara pandang dari mencari pemuasan di luar
melalui belanja, hiburan, atau pelarian digital ke penemuan kekayaan batin yang
sederhana tapi mendalam. Orang yang hidupnya kaya secara batin tidak mudah
tergoda membeli solusi instan, mereka lebih cepat menemukan makna dalam bekerja
bersama tetangga, merawat lahan, atau menghidupkan kearifan lokal. Di tengah
derasnya pemasaran global dan tekanan gaya hidup, kesadaran seperti ini adalah
penangkal paling efektif terhadap ketergantungan yang membuat masyarakat
rentan.
Dalam konteks NTB yang berupaya
memetakan dan mendukung desa-desa kantong kemiskinan ekstrem, langkah teknisnya
adalah data, sistem informasi, alokasi anggaran sangat penting. Pemerintah juga
sedang membangun sistem informasi untuk menggali potensi desa dan memetakan
kebutuhan agar bantuan tepat sasaran. Tetapi data itu perlu diikuti oleh
literasi kesadaran warga yang memahami pilihan hidupnya, dan memiliki kapasitas
untuk berinisiatif.
Mengapa Individu Berdaya Penting
pertama, perubahan cepat dan
ketidakpastian situasi dan fenomena seperti krisis iklim, fluktuasi ekonomi,
dan disrupsi digital membuat rencana pembangunan yang kaku mudah rapuh.
Namun Individu yang berdaya bisa
menyesuaikan diri, membangun usaha mikro, atau mengorganisir gotong royong saat
bencana atau paling tidak tanpa menunggu instruksi terus-menerus dari atas.
kedua, pilihan sehari-hari
seperti memproduksi pangan lokal, menggunakan kembali sumber daya, memilih
produk lokal bila dilakukan ribuan individu, menciptakan transformasi ekonomi
dan ekologis di desa. Kesadaran baru mengajarkan keterkaitan itu seperti
tindakan kecil punya efek kolektif besar.
ketiga, program Desa Berdaya dirancang sebagai gerakan kolaboratif dengan pemprov sebagai orkestrator, melibatkan OPD, dan swasta semata bukan sekadar pemasok bantuan tunggal. Namun agar kolaborasi ini berkelanjutan, warga harus memiliki kapasitas untuk mengelola, mengawal, dan mengembangkan hasilnya. Tanpa itu, intervensi berisiko menjadi proyek jangka pendek, sederhananya membuat setiap individu tidak bergantung pada bantuan.
Menjalankan Desa Berdaya dengan Jiwa Adalah Langkah Praktis
Agar program Desa Berdaya
benar-benar menumbuhkan desa yang hidup, ada beberapa ranah yang perlu
dipadu-padan antara kebijakan dan pembinaan kesadaran yaitu
pertama, pendidikan kesadaran (literasi
hidup), bukannya hanya pelatihan teknis, ada modul tentang kemandirian, ekonomi
lokal, etika publik, dan pengelolaan diri hal tersebut dimaksudkan agar warga
paham bagaimana pilihan mereka memengaruhi desa.
kedua, ruang belajar publik yang
inklusif, perpustakaan mini, kelompok diskusi pemuda, sanggar keterampilan hal
tersebut diniatkan sebagai tempat bertemu antara pengetahuan tradisi dan
inovasi modern.
ketiga, ritual kolektif untuk
memperkuat nilai dengan kegiatan gotong royong, festival lokal, dan forum
publik yang mengingatkan warga bahwa pembangunan adalah tanggung jawab bersama.
Dari “Desa Berdaya” ke “Manusia Berdaya”
Desa Berdaya yang sukses bukan
hanya soal angka pengurangan kemiskinan di statistik provinsi namun wajah-wajah
warga yang bukan lagi bergantung penuh pada bantuan, melainkan mampu memilih,
memimpin, dan memberi. Kesadaran baru adalah kompas batin yang mengarahkan kita
kepada kemandirian, mampu memikul tanggung jawab, dan berani menjadi bagian
dari solusi.
Jika pemerintah NTB sudah
menyiapkan kerangka, data, dan sumber daya untuk Desa Berdaya, tugas kita
sebagai praktisi, akademisi, pemimpin komunitas, dan warga adalah memastikan
sumber daya paling penting yaitu "keberdayaan individu" juga musti
dibangun. Karena hanya dari individu yang berdaya lah desa yang benar-benar
berdaya itu tumbuh, kuat, bermartabat, dan berkelanjutan.
0Komentar